Isim-isim yang Dibaca Nashab

Dalam gramatika bahasa Arab, salah satu hal penting yang perlu dipelajari adalah manshubat al-asma’ atau isim-isim yang dinashabkan. Isim-isim ini dibaca dengan harakat fathah atau tanda yang menggantikannya, menandakan bahwa kata tersebut dalam keadaan nashab.

Jumlah isim yang manshub ada 15 jenis, dan biasanya dinashabkan oleh Amil Nashib yang biasanya berhubungan dengan fi’il (kata kerja). Untuk memudahkan pemahaman, mari kita bahas satu per satu dengan lebih rinci.

  1. Maf’ul Bih (Objek Langsung)

Ini adalah isim yang berfungsi sebagai objek langsung dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat “ذَكَرَ الطَّالِبُ الدَّرسَ” (Siswa menyebut pelajaran), kata “الدَّرسَ” adalah maf’ul bih yang dinashab karena menjadi objek dari tindakan. Tanda i rab nashab berupa fathah di akhir kalimah.

  1. Masdar (Kata Benda Verbal)

Masdar adalah bentuk kata benda yang berasal dari kata kerja (fi’il). Misalnya, “ضَرْبًا” dalam kalimat “ضَرَبَ الطِّفْلُ ضَرْبًا” (Anak itu memukul dengan pukulan). Kata “ضَرْبًا” merupakan masdar dan dinashab untuk menunjukkan jenis tindakan yang dilakukan.

  1. Zharaf Zaman (Keterangan Waktu)

Ini adalah isim yang menunjukkan waktu tertentu, seperti “اليَوْمَ” (hari ini) dalam kalimat “سَافَرْتُ اليَوْمَ” (Saya bepergian hari ini). Kata “اليَوْمَ” dinashab karena berfungsi sebagai zharaf zaman.

  1. Zharaf Makan (Keterangan Tempat)

Zharaf makan adalah isim yang menunjukkan tempat. Contohnya, “تَحْتَ” (di bawah) dalam kalimat “جَلَسَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ” (Dia duduk di bawah pohon). Kata “تَحْتَ” berfungsi sebagai zharaf makan yang dinashab.

  1. Hal (Keadaan)

Hal adalah keterangan yang menunjukkan keadaan seseorang atau sesuatu ketika suatu peristiwa terjadi. Misalnya, dalam kalimat “جَاءَ الطَالِبُ مُبْتَسِمًا” (Siswa datang dengan tersenyum), kata “مُبْتَسِمًا” adalah hal dan dinashab untuk menggambarkan keadaan siswa saat datang.

  1. Tamyiz (Keterangan Penjelas)

Tamyiz berfungsi untuk menjelaskan makna yang samar dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat “اشتريتُ خمسَةَ كتبٍ” (Saya membeli lima buku), kata “كتبٍ” adalah tamyiz yang menjelaskan jumlah benda yang dibeli.

  1. Mustatsna (Pengecualian)

Mustatsna adalah isim yang dinashab dalam konteks pengecualian. Misalnya, dalam kalimat “جَاءَ القَوْمُ إلَّا زَيْدًا” (Orang-orang datang kecuali Zaid), kata “زَيْدًا” adalah mustatsna yang dinashab karena dikecualikan dari subjek.

  1. Isim Laa

Isim yang mengikuti kata “لا” (yang bermakna meniadakan) juga dinashab. Contohnya, dalam kalimat “لاَ رَجُلَ في البَيْتِ” (Tidak ada seorang pun laki-laki di rumah), kata “رَجُلَ” dinashab karena mengikuti “لا”.

  1. Munada (Panggilan)

Isim yang menjadi objek seruan atau panggilan, yang disebut munada, juga dinashab. Misalnya, “يَا زَيْدًا” (Wahai Zaid), di mana “زَيْدًا” dinashab karena berfungsi sebagai munada.

  1. Maf’ul Min Ajlih (Keterangan Sebab)

Jenis ini menjelaskan alasan suatu tindakan. Contohnya, dalam kalimat “ضَرَبْتُهُ تأديبًا” (Saya memukulnya sebagai hukuman), kata “تأديبًا” adalah maf’ul min ajlih yang dinashab untuk menunjukkan alasan pemukulan.

  1. Maf’ul Ma’ah (Objek yang Bersamaan)

Ini adalah isim yang menunjukkan kebersamaan dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya, dalam kalimat “سِرْتُ والْبَحْرَ” (Saya berjalan bersama laut), kata “الْبَحْرَ” adalah maf’ul ma’ah yang dinashab karena menunjukkan kebersamaan.

  1. Khabarnya Kaana dan Saudara-saudaranya

Kata benda yang menjadi khabar (predikat) dari kata kerja seperti “كَانَ” atau sejenisnya (yakni kaana wa akhawatuha) juga dinashab. Misalnya, dalam kalimat “كَانَ زَيْدٌ مُجْتَهِدًا” (Zaid adalah seorang yang rajin), kata “مُجْتَهِدًا” adalah khabar dari “كَانَ” dan dinashab.

  1. Isimnya Inna dan Saudara-saudaranya

Isim yang mengikuti kata “إِنَّ” dan sejenisnya (yakni inna wa akhawatuha) juga dinashab. Contohnya, dalam kalimat “إِنَّ زَيْدًا مُجْتَهِدٌ” (Sesungguhnya Zaid adalah seorang yang rajin), kata “زَيْدًا” dinashab karena mengikuti “إِنَّ”.

  1. Tabi’ Lilmanshub (Kata yang Mengikuti Isim Manshub)

Tabi’ adalah kata yang mengikuti isim yang sudah dinashab. Ada empat jenis tabi’ yang mengikuti isim manshub:

  • Na’at (Sifat): Contoh “رَأَيْتُ رَجُلًا صَالِحًا” (Saya melihat seorang pria yang saleh), di mana “صَالِحًا” adalah sifat dari “رَجُلًا”.
  • Athaf (Penghubung): Contoh “جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرًا” (Zaid dan Amr datang), kata “عَمْرًا” mengikuti “زَيْدٌ”.
  • Taukid (Penegasan): Contoh “رَأَيْتُ القَوْمَ كُلَّهُمْ” (Saya melihat seluruh kaum), kata “كُلَّهُمْ” menegaskan kaum tersebut.
  • Badal (Pengganti): Contoh “جَاءَ زَيْدًا أَخُوهُ” (Zaid datang, saudaranya), “أَخُوهُ” adalah badal dari “زَيْدًا”.

Itulah beberapa definisi dari isim yang dibaca nashab. Untuk memperjelas pemahaman, mari kita lihat beberapa contoh i’rob nashab yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Contoh I’rob Nashob dalam Al Quran

Contoh-contoh ini akan membantu kita melihat bagaimana isim-isim yang manshub diaplikasikan dalam teks suci, serta bagaimana peran mereka dalam struktur kalimat.

Sebagai contoh:

  1. Maf’ul bih dalam surat Al-Baqarah ayat 21:
    “يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ”
    Kata “رَبَّكُمُ” adalah mafa’ul bih yang dinashab karena menjadi objek dari kata kerja اعْبُدُوا (sembahlah).
  2. Hal dalam surat Al-Fath ayat 29:
    “مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا”
    Kata “رُكَّعًا سُجَّدًا” adalah hal yang dinashab karena menggambarkan keadaan orang-orang beriman saat dilihat, yakni sedang rukuk dan sujud.
  3. Tamyiz dalam surat An-Nisa’ ayat 92:
    “فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ”
    Kata “تَوْبَةً” adalah tamyiz yang dinashab untuk menjelaskan maksud dari puasa dua bulan berturut-turut sebagai bentuk pertobatan kepada Allah.

Dengan contoh-contoh dari Al-Qur’an ini, kita dapat melihat betapa pentingnya memahami i’rob nashab untuk menafsirkan makna ayat dengan lebih tepat.

Penutup

Sebagai penutup, memahami manshubat al-asma’ atau isim-isim yang dinashabkan adalah langkah penting dalam mempelajari tata bahasa Arab. Setiap jenis isim manshub memiliki fungsi tertentu dalam kalimat dan biasanya berhubungan langsung dengan fi’il (kata kerja) atau konteks khusus.

Suatu kalimah (kata) dibaca nashab karena adanya ‘amil (penyebab yang menashabkan). Untuk isim, penyebabnya adalah kaitannya dengan fi’il. Sedangkan untuk fi’il, penyebab nashab-nya adalah huruf-huruf nashab seperti ‘an, lan, idzan, dan lainnya.

Dengan mempelajari 15 jenis isim manshub ini, Anda akan lebih mudah dalam membaca, menulis, serta menganalisis kalimat-kalimat Arab dengan lebih tepat dan mendalam.